Mei 6, 2024

poupnews

Berita Lengkap Dunia

Inisiatif Laptop Merah Putih di Indonesia – OpenGov Asia

Inisiatif Laptop Merah Putih di Indonesia – OpenGov Asia

Sejak tahun 2023, Indonesia sudah memulai diskusi Lanskap kota yang cerdas Untuk dikembangkan pada tahun-tahun mendatang. Dalam konteks ini, kerja sama sangat penting dalam pengembangan kota pintar di Indonesia. Melalui kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kota pintar dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan. Kerja sama ini dapat mencakup berbagai bidang, mulai dari teknologi informasi dan komunikasi hingga transportasi dan lingkungan hidup.

Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), terlibat dalam pengembangan smart city di Indonesia melalui berbagai penelitian dan inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Tahun ini, berdasarkan laporan OpenGov Asia sebelumnya, Smart City and Community Innovation Center didirikan di Institut Teknologi Bandung (SCCIC ITB), bekerja sama dengan Islamic World Educational, Scientific and Cultural Organization (ICESCO) – sebuah organisasi didirikan oleh 57 negara mayoritas Muslim pada tahun 1979 dalam sebuah acara yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital dan ekonomi sirkular ke tingkat yang lebih tinggi.

ITB terus berpartisipasi aktif dalam keberlanjutan penerapan smart city ini. Melalui simposium baru-baru ini bertajuk “Tonggak Pembentukan Kecerdasan Buatan: Pertimbangan Etis, Kecerdasan Buatan dalam Kota Cerdas dan Inovasi” di Taman Sains dan Teknologi (STP) ITB, lembaga pendidikan ini menunjukkan komitmennya dalam mendorong transformasi digital dan perekonomian berkelanjutan. Pada simposium tersebut, ITB membahas permasalahan etika seputar kecerdasan buatan dan penerapannya dalam kota pintar serta inovasi.

Simposium ini dihadiri oleh para ahli dan praktisi di bidang kecerdasan buatan, termasuk Alexander Krainov, direktur pengembangan kecerdasan buatan di perusahaan mesin pencari; Wakil Presiden Strategi di perusahaan mesin pencari, Alexander Popovsky; Dosen ITB sekaligus Peneliti SCCIC, Dr. Fazil Hedayat, ST, MT; dan Direktur Pemantauan Aplikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Teguh Arrivadi, SH, MH. Para pembicara membahas berbagai aspek mendasar dalam pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan khususnya di Indonesia.

READ  Kulit imitasi dari jamur! | dinamika

Fadel Hidayat menjelaskan, kecerdasan buatan generatif saat ini menjadi tren terkini dalam kecerdasan buatan, dan perusahaan mesin pencari tersebut telah berhasil menerapkan teknologi tersebut di Rusia. Keberhasilan ini menginspirasi bangsa Indonesia untuk melakukan kemajuan serupa dalam bidang kecerdasan buatan di dalam negeri.

Pada simposium tersebut, salah satu pembicara menekankan pentingnya pemahaman yang lebih mendalam terhadap AI, tidak hanya sebagai pengguna tetapi juga sebagai pengembang teknologi tersebut. Hal ini sejalan dengan tantangan yang dihadapi penerapan AI, seperti masalah etika dan peraturan.

Pertimbangan etis dalam pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan mencakup prinsip dan nilai yang harus diperhatikan untuk menjamin penggunaan teknologi ini secara bertanggung jawab dan aman. Hal ini penting untuk memastikan AI tidak merugikan penggunanya.

Tegu Arifiadi, SH, MH juga memberikan wawasan mengenai regulasi AI di Indonesia dan tantangan yang perlu diatasi. Mengembangkan AI secara bertanggung jawab dan etis sangatlah penting, termasuk melindungi privasi data.

Fadel Hedayat juga menyampaikan pemikirannya mengenai penerapan kecerdasan buatan di kota pintar, karena teknologi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Penerapannya terkadang rumit, namun bisa dimulai dari hal sederhana yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di kota pintar. “Layanan yang berbasis AI tidak boleh mandiri. Misalnya penjadwalan sudah mengandalkan AI saat berangkat ke rumah sakit. Saat masuk ke dalam mobil, kaca spion mengandalkan AI untuk mengetahui apakah kita mengantuk. Oleh karena itu, tidak perlu campur tangan. terburu-buru.” Kepemimpinan, namun memberikan respons yang sederhana namun efektif.

Senada, kata dia, penerapan AI pada layanan kota bisa dimulai dari hal sederhana namun berdampak besar pada layanan kota pintar.

READ  Pemimpin pusat media pemerintah Afghanistan ditembak mati: pemberontakan Taliban | Taliban Afghanistan membunuh kepala departemen media pemerintah

Namun, hal ini bukannya tanpa risiko, biaya yang dikeluarkan, peraturan dan kemauan kota untuk mengoperasikan sistem yang canggih. “Risiko lainnya adalah AI bisa memberikan respon yang salah. Ini tantangannya. Oleh karena itu, kita perlu mengukur AI.

Diharapkan ada tindak lanjut dari simposium tersebut. “Tujuan kami tentunya menguasai teknologi ini dan menjadikan produk kami bisa menjadikan Indonesia lebih pintar,” ujarnya.

Penerapan AI dalam layanan kota juga dapat dimulai dengan langkah-langkah sederhana namun berdampak menuju kemajuan layanan kota yang inovatif. Namun, keberlanjutan penerapan AI di masa depan akan bergantung pada berbagai faktor, seperti risiko yang terkait, biaya yang akan dikeluarkan, peraturan yang berlaku, dan kesiapan kota untuk mengoperasikan sistem AI yang canggih.

Salah satu risiko yang harus dihadapi adalah kemungkinan AI memberikan respon yang salah, yang dapat menjadi tantangan besar untuk diterapkan. Oleh karena itu, kita harus mampu mengukur dan mengelola risiko-risiko tersebut dengan baik ketika menerapkan teknologi AI. “Tujuannya agar Indonesia menguasai teknologi AI dan mengembangkan produk lokal yang dapat meningkatkan smart city di Indonesia,” tutup Dr. Fadil.